The Purge secara mengejutkan merengsek masuk sebagai horor berkonsep paling sinting tahun ini. Coba lihat saja premis yang ditawarkan oleh James DeMonaco (The Negotiator); Amerika di masa depan yang tidak terlalu jauh dari sekarang adalah negara yang terlahir kembali di bawah aturan-aturan yang dibuat oleh “the New Founding Fathers” yang sukses membawa negara adidaya ini nyaris mencapai status utopia dengan mempertahankan tingkat kejahatan dan pengangguran hingga hanya mencapai 1%. Rahasianya adalah The Purge, sebuah trobosan gila di mana dalam satu malam selama 12 jam tiap tahunnya semua warganya diberi kebebasan penuh untuk melakukan tindakan kriminal, termasuk membunuh sekalipun guna melampiaskan emosi negatif mereka. Setiap tindakan kriminal menjadi legal tetapi itu adalah pilihan setiap warganya dan James Sandin (Ethan Hawke) seorang penjual sistem keamanan buat malam “penyucian” itu berserta istrinya, Mary (Lena Headey) dan dua anaknya memilih untuk bersembunyi di rumah mereka yang nyaman, tentu saja dengan proteksi yang ketat guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama proses The Purge. Sayang ketika semuanya tampak berjalan lancar seperti tahun-tahun sebelumnya, satu kesalahan kecil berujung fatal yang harus dibayar mahal oleh James dan keluarganya. Tak bisa dipungkiri lagi ide a.k.a premis adalah
salah satu elemen penting sebagai pondasi paling awal sebuah film, tetapi ide hanya menjadi sebuah ide jika tidak diteruskan dengan presentasi yang baik, sama halnya seperti The Purge. Konsep thriller menariknya seperti mengawin silangkan premis “ijin untuk membunuh” macam Battle Royale , The Hunger Games dengan home invasion thriller macam The Strangers di mana sebuah rumah kedatangan tamu-tamu bertopeng tak diundang yang mengancam. Tetapi The Purge sesungguhnya punya potensi menjadi lebih besar ketimbang film- film tersebut jika DeMonaco mau mengekslpornya lebih dalam, sayangnya tidak. Ia lebih memilih menyempitkan semuanya menjadi sekedar thriller tentang invasi rumah dan hanya berkutat pada satu keluarga kecil setelah 5 menit prolog ambisusnya nya yang berisis footage- footage mengerikan tentang proses The Purge. Ya, The Purge pada akhirnya memang terjerumus menjadi thriller konvensional di mana setiap karakter-karakter di dalamnya bergerak dalam jalur yang terlalu stereotip baik karakter korban yang bertahan hidup setengah mati maupun pelaku yang tidak kenal ampun. Sementara konsep besar “The Purge” yang fresh itu sendiri hanya sedikit mempengaruhi bahkan tidak memberikan perbedaan besar jika kamu membuang semua ide gila itu. Ya, untung saja masih ada sisi positif di beberapa bagiannya, seperti DeMonaco masih sanggup menghadirkan aroma creepy, misalnya disaat
kedatangan para purgers bertopeng lalu ada sindiran tentang kelas sosial di mana yang kuat memangsa yang lemah dan dilema moral besar. Sementara di tempat lain elemen gore-nya tidak bekerja maskimal karena sebagian besar konfrontasinya menggunakan sejata api yang berisik ketimbang senjata tajam yang menyayat, namun meskipun ini jelas bukan tontonan buat si kecil terlebih ketika melihat para purgers itu bekerja tanpa belas kasihan. Sebuah konsep gila yang punya potensi menjadi besar dan dalam, sayangnya pada akhirnya DeMonaco entah terlalu malas atau tidak tahu bagaimana mengembangkannya, The Purge kemudian hnya menjadi sajian home invasion thriller yang sering kamu lihat dengan segala aspek bertahan hidupnya yang juga familiar. Ya, sayang memang di mana ide brilian hanya sebatas menjadi ide semata. Download Sub Indo
Home