Apa yang ada dipikiran anda begitu melihat perempuan menyuapi bola mata kepada seseorang yang terlihat duduk tersiksa dihadapannya? Pikiran langsung terbayang akan film gory semacam SAW atau Hostel . Tidak sedikit pula yang berfikir ini film horor. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah. Film ini memang slasher movie dan tentu saja efeknya dapat menimbulkan horor bagi yang menontonnya. Dengan berlatar belakang 30 tahun yang lalu, saat terjadi insiden pembantaian mahasiswa Thammasat di Thailand, film ini berjalan pelan dan lebih banyak menghadirkan gambar-gambar bisu. Bercerita tentang seorang perempuan penjual mie bakso yang ternyata memiliki rahasia dibalik resep baksonya. Dia menggunakan daging manusia. Terdengar menyeramkan memang, seorang perempuan tega memotong-motong tubuh manusia dan menjadikannya bakso untuk restoran mienya. Dengan 'resep rahasia keluarga' inilah ia mencapai kesuksesannya yang sukses. Sebuah trauma masa lalu ternyata memaksanya berubah menjadi sosok gila yang misterius dan penyendiri. Film ini bukan bagi orang yang gemar mencaci dan menghardik sifat dan perbuatan tokoh psikopat yang biasa hadir di dunia perfilman, tokoh Buss di sini walau terkesan psikopat dan sadis, tapi sepanjang film ini aksinya malah menimbulkan perasaan simpati dan empati bagi penontonnya. Inilah yang terjadi jika sebuah film berhasil menyajikan sebauh cerita yang menarik, walau gaya penuturan di film ini cukup kompleks, ngejelimet bagaikan sebuah puzzle yang harus disusun rapih terlebih dahulu untuk mendapatkan sebauh cerita yang utuh. Kesadisan dan keseraman dihadirkan dengan penuh gaya yang berbeda dan menarik, bahkan terlalu artistik untuk sebuah film horror belaka. Tokoh utamanya Buss (Mai Charoenpura) tampil sangat sempurna, kegalauannya berhasil berpadu dengan manis dengan kegilaannya, ia tampil sangat cantik dan polos saat adegan memotong-motong tubuh korbannya bahkan adegan ketika ia membantai tokoh rentenir yang menterornya disajikan dengan sangat ciamik. Sekali lagi terbukti sebuah film yang menarik selalu hadir dengan cerita yang menarik walau sangat sederhana, tanpa harus terpaku oleh genre yang ditawarkan. Gaya penuturan maupun gaya penyutradaraan hanyalah suatu pelengkap yang jika terpenuhi akan sangat mendukung film tersebut. Sama halnya dengan Dumplings maupun The Untold Story, selama film berlangsung terasa wajar jika tiba-tiba perasaan lapar mulai melanda anda sebagai penontonnya. Bagi anda yang menyukai film-film sadis semacam ini, mungkin tidak masalah asal banyak adegan potong-memotong anggota tubuh didalamnya. Namun bagi anda yang sekedar mencari hiburan, film ini akan membuat anda malah sibuk bertanya-tanya. Pilihan ada pada anda. Part 1 Part 2 Sub Indo
Home