Jadi ada apa di thriller terbaru Joko Anwar satu ini? Yang pasti anda akan sering melihat sosok Rio Dewanto yang kotor dan lusuh berlari ke sana ke mari , berteriak minta tolong setelah sebelumnya mendapati dirinya di kubur hidup-hidup di sebuah hutan yang sepi. Apa yang terjadi padanya? Ia bahkan lupa namanya sendiri, satu-satunya yang ada dipikirannya adalah ia harus sesegera mungkin keluar dari hutan itu karena tampaknya ada seseorang atau sesuatu yang jahat sudah menunggunya di sana. Tentu saja seperti dua film terakhir Joko Anwar, Modus Anomali bukan thriller yang mudah ditonton walaupun faktanya ini jelas lebih enteng ketimbang Kala ataupun Pintu Terlarang . Setting hutan antah berantah yang gelap, karkater yang terbatas (bahkan mungkin anda akan bertanya-tanya dimana gerangan Marsha Timothy dan Surya Saputra), miskin dialog dan rentetan misteri membingungkan. Modus mungkin tidak punya kualitas ‘kejutan’ sekuat Kala atau Pintu Terlarang , naskah yang ditulis Joko Anwar sendiri juga terbilang bukan sesuatu yang baru terlebih jika anda sering menonton thriller misteri luar, dan pengunaan dialog dalam bahasa Inggrisnya juga hanya terasa seperti sebuah gimmick tidak perlu. Tapi harus diakui, Joko kali ini lebih rapi menghadirkan narasinya, semua terasa bergerak teratur, berpola dan mudah dicerna termasuk endingnya. Dan berbicara soal ending, ya, seperti yang sudah-sudah, memang mengejutkan, tapi tidak sampai sedahsyat itu. Tidak sampai se mind-blowing yang diharapkan, bukan yang terbaik dari Joko Anwar, tapi, ya, Modus Anomali tetap adalah thriller hiburan yang bagus, terlebih buat anda pecinta tontonan misteri yang menantang. Lupakan endingnya, nikmati saja bagaimana Joko Anwar dengan pengunaan teknis sinematiknya yang semakin cemerlang itu membawa anda memasuki seram dan gelapnya aroma hutan misterius, melihat bagaimana ia membuat sosok Rio Dewanto menjerit-jerit ketakutan seperti perempuan lengkap dengan puzzle-puzzle berserakannya yang sudah siap menguji rasa pensaran anda. Part 1 Part 2