''Red Dragon '' - Memahami Jalan Pemikiran sang Pembunuh -
Dalam daftar film-film tentang pembunuhan, film ''The Silence of the Lambs '' 1992 termasuk yang mencapai sukses dan banyak dikenang orang. Selain karena kisahnya yang memang menegangkan dan membuat bulu kuduk merinding, juga karena permainan mengesankan aktor kawakan Anthony Hopkins sebagai Dr. Hannibal Lecter, dokter yang menjadi psikopat pembunuh paling berbahaya. Kisah dokter pembunuh yang diangkat dari novel best seller karya Thomas Harris itu bisa disaksikan kembali dalam sekuelnya tahun lalu, " Hannibal ". FILM "Red Dragon " menjadi satu bagian tak terlepaskan dari dua film tersebut. Sekalipun sebagai bagian dari trilogi, ceritanya yang merupakan awal atau permulaan justru difilmkan paling akhir. Sehingga "Red Dragon " bisa dikatakan sebagai prekuel film "The Silence of the Lambs ". Karenanya, untuk memahami jalan cerita film
ini penonton tidak harus menyaksikan "The Silence of the Lambs " atau "Hannibal " dulu. Sebaliknya, bukan tidak mungkin mereka yang belum sempat menyaksikan kedua film itu akan tertarik untuk melihatnya, setelah menyimak kisah " Red Dragon ". Apalagi di akhir film, seorang petugas penjara menyampaikan kepada Hannibal Lecter kalau ada seorang wanita agen FBI ingin melakukan interview dengannya, dan dijawab "Siapa dia?". Ini sangat mengingatkan penonton akan awal film "The Silence of the Lambs ", di mana agen yang dimaksud adalah Clarence Starling, yang diperankan aktris Jodie Foster. Dibandingkan dengan dua kisah kelanjutannya, "Red Dragon " terkesan lebih "bersih" dan lebih kalem. Tidak banyak ada adegan sadis atau kasar yang menggambarkan kekejaman sang pembunuh, sebagaimana ditampilkan dalam "The Silence of the Lambs " maupun "Hannibal ". Namun bukan berarti garapan sutradara Brett Ratner -- yang terkenal menggarap film
komedi laga "Rush Hour" yang dibintangi Jacky Chan-Chris Tucker -- ini kalah menarik. Jika "The Silence of the Lambs " maupun "Hannibal" membangun ketegangan dan kengerian penonton dengan sejumlah adegan yang terkesan sadis, salah satu kekuatan "Red Dragon " ada pada permainan bintang- bintangnya. Selain akting Anthony Hopkins sebagai Dr. Hannibal Lecter yang masih memikat, ada dua
nama lain yang juga sama-sama memiliki reputasi bagus di ajang Academy Awards atau Piala Oscar, yakni Edward Norton dan Ralph Fiennes. Ketiganya menunjukkan permainan yang memikat di sini.
=========== Film diawali dengan terungkapnya kejahatan Dr. Hannibal Lecter yang membantai sejumlah orang hanya untuk "kesenangan" semata. Yang menangkapnya tak lain agen FBI Will Graham, yang justru sering meminta masukan atau saran dari Hannibal, yang amat paham mengenai masalah bedah dan anatomi tubuh. Sehingga keduanya bisa dibilang "bersahabat". Tidak perlu ada adegan sadis untuk menggambarkan bagaimana Hannibal membantai korbannya kemudian memasak bagian tubuhnya untuk disajikan kepada orang lain. Setelah Will Graham berhasil menjebloskan Hannibal ke penjara, muncul pembunuhan berantai terhadap dua keluarga, di saat bulan purnama. Pelakunya sangat sadis, meski tanpa motif yang jelas karena tidak ada unsur perampokan maupun pemerkosaan dan sebagainya. Will yang sudah mengundurkan diri, dibujuk sekali lagi untuk turun tangan, membantu mengungkap pembunuhan itu. Pembunuhan yang terkesan sangat rapi dengan pola-pola khas itu mengingatkan Will Graham akan Hannibal. Tapi jelas bukan dia pelakunya, karena psikopat itu masih dipenjara dengan pengamanan super ketat. Will Graham memaksa menemui Hannibal untuk berdiskusi dan meminta masukan atau petunjuk. Meskipun mau menerima, Hannibal tidak serta-merta membantu "teman lamanya" itu. Ia hanya memberikan petunjuk berupa teka-teki. Diam-diam Hannibal juga menjalin hubungan dengan si pembunuh yang berjulukan RedDragon -- karena di tubuhnya ada tato monster naga yang diilhami dari karya penyair Inggris, William Blake -- yang ternyata "pengagum" berat dokter psikopat itu. Hannibal juga yang memberi petunjuk kepada si pembunuh melalui iklan mini di sebuah koran agar menghabisi beserta seluruh keluarganya. Masalahnya, meskipun Will Graham sendiri sudah mulai bisa mengendus keberadaan Dolarhyde si pembunuh, bagaimana membekuk dan membuktikan kesalahannya? Di sinilah kepiawaian untuk memahami jalan pemikiran si pembunuh ditantang. Download Sub Indo