Sinopsis : Animasi jepang memang penuh imajinasi, kalau biasanya kita diberikan animasi penuh dengan khayalan di luar kepala lewat karya- karyanya Hayao Miyazaki seperti animasi Spirited Away , hadir lagi sebuah animasi di luar studio Gibli yang tidak kalah imajinatif juga, yaitu, dari seorang Satoshi Kon yang mengangkat film ini dari novelnya Yasutaka Tsutsui . Berkisah tentang penelitian psikologis yang melibatkan sebuah alat yang mampu membantu pasien dengan masuk ke alam mimpi si pasien. Ceritanya sangat menarik dengan hal-hal imajinatif. Meskipun sebenarnya kadar animasi ini lebih patut dikonsumsi orang dewasa daripada karya-karya Hayao Miyazaki. Mengingat di animasi ini ada beberapa adegannya yang bukan konsumsi anak-anak. Meskipun begitu, Paprika sungguh merupakan sebuah pengembangan ide gila kaya imajinasi mengenai dunia mimpi dan kenyataan yang bercampur aduk. Disayangkan Paprika sekaligus karya terakhirnya Satoshi Kon yang ia selesaikan, karena sedihnya, Satoshi Kon telah meninggal pada 24 Agustus 2010 akibat kanker pankreas pada umur 46 tahun.
--------- Paprika berlatarkan Jepang beberapa tahun dari sekarang di mana terdapat terapi psikologis melalui mimpi menggunakan alat serupa headset bernama DC Mini yang memungkinkan psikolog memasuki mimpi pasiennya, diciptakan oleh seorang ilmuwan jenius gendut bernama Kousaku Tokita. Di awal cerita, nampak seorang gadis berambut merah bernama Paprika sedang membantu detektif tua Konakawa Toshimi dalam menggali penyebab kegelisahannya melalui mimpinya yang berpindah-pindah dan penuh warna. Di dunia nyata, Dokter Atsuko Chiba bersama Dokter Tokita dan Dokter Toratarou Shima yang tua dan pendek dipanggil oleh Seijirou Enui, kepala perusahaan mereka, dan diberitahu bahwa tiga prototipe DC Mini telah dicuri dan sangat berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah. Dengan dibantu Dokter Morio Osanai, mereka menyadari bahwa kolega mereka Kei Himuro telah hilang beberapa lama dan kecurigaan paling kuat mengarah kepadanya. Namun seiring petualangan berlanjut, Chiba dan Paprika menyadari siapa sebenarnya yang berniat buruk dan berusaha menghentikannya sebelum batas dunia nyata dan dunia mimpi menjadi kacau.
--------- Konsep masuk ke dalam mimpi mungkin mengingatkan Anda kepada film Hollywood yang tahun lalu baru-baru saja keluar. Ya, apa lagi kalau bukan Inception ? Memasuki mimpi orang lain, walau dengan metode dan tujuan yang berbeda, tentunya membuat kita membandingkan jalan cerita Inception dengan Paprika. Namun hal ini seperti membandingkan apel dengan jeruk, karena sebagai sebuah film animasi, Paprika lebih banyak bermain di bidang visual daripada detil teknis tentang cara kerja mimpi seperti dalam Inception. Keindahan gambar ini sungguh perlu ditekankan karena Satoshi Kon berhasil mempertontonkan citra dunia mimpi yang menakjubkan melalui paduan warna dan objek-objek yang tidak berlaku sebagaimana dalam dunia nyata, seperti parade perabotan rumah tangga hidup dan lautan boneka yang berbicara. Kon menggambarkan mimpi selayaknya yang kita alami: tidak linear, meloncat dari satu adegan ke adegan yang sama sekali berbeda, tidak logis, dan sesuka hati. Pencitraan mimpi yang berbeda-beda tergantung sifat sang pemimpi juga patut diacungi jempol, seperti mimpi Tokita yang penuh mainan dan mimpi Toshimi yang layaknya rangkaian film. Tetapi ada kalanya, kegilaan mimpi yang digambarkan justru menutupi mata penonton dari jalan cerita yang tidak kalah bagusnya, sehingga butuh perhatian lebih untuk dapat memilah dunia nyata dari dunia mimpi. Bisa dikatakan intensitas hiburan visual yang disajikan bisa jadi malah melelahkan penonton yang menginginkan kejelasan cerita. Setelah akhir cerita, mungkin Anda akan terkejut mengetahui film ini hanya memakan waktu satu setengah jam! Oh, dan satu hal lagi, lagu tema film ini sangat pas untuk mengiringi berbagai adegan dalam cerita. Terdengar kekanakan, polos, namun futuristik di saat yang bersamaan. Download Sub Indo
Home